Ingin Melihat Banyak Situs Megalitik, Datang ke Lahat!
Lahat Regency, South Sumatra, Indonesia
Uong Jowo
July 10, 2013
0
Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan baru-baru ini berhasil mendapatkan penghargaan MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai daerah dengan situs megalitik terbanyak di Indonesia. Tak tanggung-tanggung, Lahat memiliki 1.027 peninggalan megalitik yang tersebar di 40 situs wilayah Kabupaten Lahat yang berbatasan dengan Kota Pagaralam. Tentu ini merupakan jumlah yang fantastis yang tidak dimiliki oleh daerah-daerah dengan situs megalitik lainnya di Indonesia.
Menyingung sedikit mengenai apa itu megalitik? Megalitik merupakan struktur yang dibuat oleh batu besar. Kebudayaan Megalitikum bukanlah suatu zaman yang berkembang sendiri, melainkan hasil budaya yang timbul pada zaman Neolitikum dan berkembang pesat pada zaman logam. Contoh hasil kebudayaan zaman megalitikum ini berupa kapak persegi, kapak lonjong, Menhir, Dolmen, Kubur batu, Waruga, Sarkofagus, Punden Berundak.
Sepertinya memang cukup asik jika berwisata sejarah dengan melihat-lihat peninggalan sejarah. Selain dapat menambah pengetahuan akan sejarah peninggalan masa lalu, juga sebagai sarana penelitian bagi Anda yang haus akan informasi yang berhubungan dengan peninggalan sejarah. Nah, dibawah ini ada goindonesia akan memberikan spot sites yang dapat Anda kunjungi jika Anda ingin melihatnya.
Situs Megalitik Dataran Tinggi Basemah (Pasemah)
Kabupaten Lahat termasuk kawasan yang sangat kaya dengan temuan-temuan situs megalitikum. Wilayah Lahat dan Pagaralam merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan. Kedua kawasan itu sampai ke sebagian wilayah Bengkulu disebut sebagai kawasan Besemah (Pasemah). Dataran Tinggi Pasemah ini meliputi seluruh wilayah di sekitar dataran tinggi Pegunungan Bukit Barisan yang terletak di selatan Pulau Sumatera.
Ayu Kusumawati dan Haris Sukendar dalam bukunya yang berjudul Megalitik Bumi Pasemah menyebutkan, banyaknya peninggalan situs megalitik di Pasemah menunjukkan bahwa kawasan itu telah dihuni manusia setidaknya ribuan tahun sebelum Masehi. Daerah pegunungan Besemah memang subur untuk pertanian, sehingga tak heran jika di kawasan itu menjadi pusat permukiman.
Situs megalitik berupa pahatan detail dan halus yang ada di kawasan ini mengindikasikan masyarakat Besemah (Pasemah) saat itu sudah mengenal logam. Arca-arca megalitik Besemah dibuat dengan alat semacam pahat dari logam. Jelaslah bahwa peninggalan megalitik Besemah eksis pada masa perundagian atau lebih kurang 2.500 tahun sebelum Masehi.
Bilik batu atau pun arca di Besemah dibangun bukan tanpa tujuan, melainkan untuk tujuan yang sifatnya religius. Di dalam tanah itulah mereka melakukan ritual. Bentuk arca manusia, seperti di situs Tegurwangi dan situs Pulaupanggung adalah khas Besemah. Cirinya, bentuk manusia yang digambarkan dalam arca bertubuh tambun, bibir tebal, dan hidung pesek.
Sebagai catatan terkait situs Besemah, peninggalan megalitik Besemah ini mulai diteliti tahun 1930-1931 oleh Van der Hoop dari Belanda. Buku karya Van der Hoop berjudul Megalithic Remains in South Sumatera (1932) merupakan buku babon yang mengulas megalitik Besemah secara lengkap.
Situs Megalitik Desa Muaradanau
Dinamakan kampung tentu bukan hanya satu situs saja yang dapat ditemukan di Desa Muaradanau, Tanjung Tebad ini, melainkan jumlahnya mencapai puluhan situs. Situs ini erdiri di atas lahan kebun kopi yang luasnya mencapai dua hektar.
Di permukaan lahan kebun banyak terdapat bebatuan megalit dan patung, baik berupa arca yang berbentuk manusia, tempat pemujaan, dolmen, batu datar, lumpang batu, dan berbagai bentuk lainnya. Lokasi kampung megalitikum berjarak sekitar satu kilometer dari jalan negara Lahat-Pagaralam.
Selain itu situs megalitik juga dapat ditemukan di Desa Pajarbulan, Kecamatan Tanjung Sakti, Kabupaten Lahat. Peninggalan megalitik ini berada di pekarangan belakang rumah warga. Batuan ini biasa disebut warga sebagai batu tiang enam, sedangkan Arkeolog menyebutnya sebagai batu tetralit.
Kegunaan tetralit masih menjadi perdebatan para ahli karena beberapa ahli berpendapat, tetralit merupakan landasan atau umpak tiang rumah. Pendapat ini muncul karena di ujung atas tiang batu itu ada semacam cerukan yang diperkirakan untuk meletakkan tiang rumah. Sedangkan beberapa ahli lainnya berpendapat yang berbeda terkait dengan batu Tetralit.
Situs Megalitik Batu Berpijar
Situs megalitik Batu Berpijar berada tidak jauh dari Kota Lahat dan hanya membutuhkan waktu lima menit saja dari Lapangan Seganti Setungguan atau sekitar 1 Km. Jalan menuju ke tempat ini dapat dilalui kendaraan roda dua dan roda empat. Berjalan kaki ke arah komplek perkuburan hanya sekitar 50 meter.
Formasi dari situs megalitik ini cukup unik karena mirip rasi bintang dengan jumlah 10 bebatuan yang terdiri atasdua arca yang yang berdekatan dan bergambar kepala manusia, satu arca yang terkubur mirip kepala manusia, dan beberapa batu lain yang posisinya agak berjauhan.
Selain dari keunikan dari formasi bentuknya, salah satu situs megalitik yang bergambar wajah menurut masyarakat setempat pada malam-malam tertentu batu itu mengeluarkan sinar seperti api, sehingga mereka menyebutnya Batu Pijar. (berbagai sumber)
No comments